(Posted by Papa Jonathan Sigalingging)
Prolog:
'PASKAH' berasal dari kata Ibrani : Pesah, yang berarti melewati. Di kitab PL berawal dari perintah Tuhan kepada Musa dan Harun di tanah Mesir agar pada saat yang ditetapkan bangsa Israel menyiapkan korban berupa anak domba, lalu menyembelih dan memanggangnya serta memakannya dengan roti tidak beragi dan sayur pahit dalam perjamuan setiap keluarga atau beberapa keluarga bersama-sama. Kemudian darahnya diambil sedikit dan dioleskan pada kedua tiang pintu dan ambang atas rumah mereka (Band. Kel. 12:1-11). Pada waktu itu, malaikat Tuhan akan "melewatkan" maut kepada setiap mereka yang memiliki tanda darah tersebut.
Sedangkan kisah Paskah di PB adalah sbb: pada malam hari menjelang penangkapanNya, Yesus mengadakan perjamuan Paskah dengan murid-muridNya, di dalam perjamuan itu Yesus tidak menyembelih dan memanggang anak domba sebagai santapan perjamuan; karena Yesuslah "Anak Domba Allah", korban yang sejati dan tidak bercacat cela, yang menjadi pengampunan dosa bagi banyak orang (Band. Mat.26:27-28). Roti sebagai "lambang" tubuhNya dan anggur sebagai "lambang" darahNYA.
Dan Yesus memerintahkan para muridNya untuk mengadakan perjamuan itu sebagai perjamuan Paskah baru dan peringatan akan diriNya (Band. Luk. 22:19-20).
Di dalam gereja-gereja Kristen, terutama ritus Latin, perayaan dimulai pada hari Jumat Agung. Gereja-gereja biasanya menyelenggarakan kebaktian pada hari tersebut, umat Katolik Roma biasanya juga berpuasa pada hari ini. Kebaktiannya diliputi dengan perasaan duka karena memperingati sengsara penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib. Gereja-gereja Protestan biasanya melanjutkan kebaktian dengan sakramem Perjamuan Paskah untuk memperingati Perjamuan Malam Terakhir Yesus.
Umat Protestan (seperti HKBP) biasanya menggabungkan kebaktian malam Paskah dengan kebaktian Minggu pagi, yaitu mengikuti kisah di Injil yang menceritakan para wanita yang datang (ziarah) ke kubur Yesus pada pagi-pagi benar pada hari pertama Minggu itu. Ada gereja yang menyelenggarakannya pada sekitar subuh (kebaktian subuh), dan biasanya dilangsungkan di luar ruangan seperti halaman gereja atau taman di dekat gereja, namun banyak pula yang merayakannya setelah matahari terbit. Kebaktian Minggu untuk memperingati kebangkitan Yesus ini (baik bersama-sama atau berbeda dari kebaktian subuh tersebut) dirayakan dengan sikap penuh sukacita, termasuk lagu-lagu yang dinyanyikan juga lagu yang bernuansa kemenangan.
Lalu bagaimana makna Paskah sesungguhnya bagi kita? Dari PL dan PB sampai sekarang Paskah tidaklah berubah makna. Akan tetapi karena Kristus telah menggenapi seluruh apa yang tertulis maka setiap orang yang memiliki tanda "darah" Kristus dalam hidupnya, Tuhan Allah pun akan melewatkan (pesah) maut bagi kita. Dengan kata lain mereka yang percaya dan menerima Kristus Yesus dalam hidupnya sebagai kurban penebus dosa, dosanya telah dihapus, "sudah selesai". Dengan pertolongan Roh Kudus, pengakuan iman yang benar (yang dibarengi pertobatan yang sungguh-sungguh) akan berbuah dan terlihat dalam hidupnya yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, penguasaan diri (Gal.5:22-23).
Kita tidak lagi memberi diri diperbudak oleh perbuatan daging yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (Gal.5:19-21). Kenapa? Karena Kristus telah menang, maut sudah dikalahkan. Terpujilah Allah karena "Pemenang" tadi, yang kita undang hadir sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidup ini akan menolong kita untuk menang.
PERTANYAAN :
Menjelang paskah, yaitu pada hari "hamamate", banyak kita temui di kalangan orang Batak yang melakukan "ziarah". Bagaimana kondisi di jemaat HKBP saat ini? Apakah masih berlaku hal seperti itu? Meminta berkat kepada orang yang telah meninggal? Memberi garam dan atau rokok? Bagaimana tanggapan kita mengenai hal ini?
PEMBAHASAN : 1. Tradisi Ziarah:
Ziarah selama ini memang diakui masih dilakukan oleh sebagian besar jemaat HKBP yang menganggap hal ini sebagai sebuah budaya/tradisi yang sudah cukup mengakar dengan dua (2) tujuan yaitu melakukan bersih-bersih (paias hinambor ni angka ompung i) dan bentuk lainnya sebagai bentuk untuk mengingat dan mengenang seseorang yang telah tiada (pasombu sihol ni roha do, mangingot hasomalan ni namonding i andorang dingoluna ninna) dan tanpa ada kata2 permohonan. Berziarah bagi sebagian orang bukan berarti memberhalakan tapi mengingatkan kita akan kematian yang kelak datang dan juga mengingatkan kita kepada mereka yang mendahului kita. Mungkin bisa diperbandingkan dengan kebaktian akhir tahun parhuriaon yang mana dimasukkan acara parningotan tu angka na monding, jadi sebatas mengingatkan saja. 2. Meminta Berkat:
Tanpa dipungkiri saat melakukan ziarah maka ada saja sebagian ruas atau keluarga kita yang datang untuk meminta berkat seperti yang biasa dilakukan dan diyakininya, namun sepertinya tidak masuk akal untuk jaman sekarang tetapi kenyataannya masih ada, baik yang di huta maupun yang di kota. Hal ini mengingatkan kita pada tradisi penyembahan oppung leluhur kita dahulu yang meminta pasu-pasu (berkat) kepada roh orang yang sudah meninggal dan bukan kepada Tuhan.
Dalam tradisi ini menyebutkan bahwa arwah orang mati di tempatkan di suatu tempat dan dijaga oleh malaikat sedangkan yang datang ke kita adalah jelmaan si iblis. Tidak beda jauh hal ini dengan kepercayaan dari saudara kita yang muslim yang mengatakan arwah orang mati ada disuatu tempat sebelum mereka masuk ke ruang penghakiman.
Dengan demikian sesuai iman Kristen yg sdh kita terima yg menyatakan bahwa sumber berkat adalah berasal dari Tuhan maka kita patut mempertanyakan apakah meminta berkat ini sesuai dengan ajaran firman Tuhan? Apakah selama ritual "sihol" itu terdapat hal2 (kata2) yg bertentangan dgn firman Tuhan?
3. Memberi garam/rokok:
Saat ziarahpun ternyata dalam tradisi kita masih saja ada sebagian jemaat yg melakukan pemberian benda tertentu (garam, rokok, dll) yg menurut keyakinannya adalah sebagai prasyarat untuk memanggil oppung atau arwah org yg telah meninggal.
Kepada siapa sebenarnya garam, rokok, atau bahkan nasi beserta lauk pauknya itu kita beri? kepada roh manusia yg telah matikah atau kepada setan?
Garam disini adalah berarti seperti batas antara orang hidup dan yg telah mati, agar orang yang masih hidup tidak terganggu segala aktivitasnya (sira dison ima songon batas ni na mangolu dohot angka tondi na hodar, asa unang gabe targanggu do aktivitas ni jolma na mangolu molo tung pe laho ziarah tu udean).
Setelah diperdalam makna hal ini maka ternyata memberi rokok, makanan, atau sesajen yang lain itu sangat tidak bermanfaat dan tak berguna dimata Tuhan. Selain itu berdasarkan nilai2 Batak yang terkandung dalam HKBP tidaklah mengajarkan kita kepada pemberian sesajen dalam melaksanakan ziarah ke makam. Tidaklah perlu memberikan garam dan rokok apalagi meminta berkat karena hal ini sudah melanggar firman Tuhan. 4. Mendoakan Orang Meninggal :
Sama seperti aktivitas lainnya selama berziarah maka mendoakan orang meninggal (kirim doa) adalah tidak berkenan di hadapan Tuhan dan hal ini tidak boleh dilakukan sebagai pengikut Kristus (band. Konfessi HKBP).
Patut diingat bahwa pada saat kita meninggal maka itu menjadi urusan Tuhan. Tidak ada hubungan lagi antara org yang masih hidup dan yg telah mati. Dengan demikian kita menolak pendapat yg mengatakan kita bisa mendoakan org mati dan meminta kepada Tuhan agar berada dekat disisiNya dengan meyakini bahwa hanya tubuhnya yang mati namun rohnya masih ada (daging do anggo namate alai tondi tetap marsigonggoman).
Masih ingatkah kita pada sebuah cerita ttg seorang kaya yg mati dan memohon agar Abraham meminta kpd Lazarus untuk mencelupkan ujung jarinya ke lidahnya? dari sana kita lihat sudah TIDAK ADA lagi hubungan antara org hidup dan orang mati.
Berikut adalah beberapa ayat firman Tuhan yg berkaitan dengan keadaan orang yg telah mati:
- Dan lagi, "Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya." Mazmur 146 : 4.
- "Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang sudah mati tidak tahu apa-apa." Pengkhotbah 9 : 5.
- "Karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi." Pengkotbah 9 : 10.
- Sebagaimana awan lenyap dan melayang hilang, demikian juga orang yang turun ke dalam dunia orang mati tidak akan muncul kembali. Ayub 7:9
Catatan : Konfessi HKBP tahun 1951:
PASAL 16. TENTANG PERINGATAN ORANG MENINGGAL
Kita percaya dan menyaksikan :
Manusia telah tentu satu kali mati dan kemudian daripada itu datang hukuman (Ibr. 9: 27). Mereka itu akan berhenti dari kelelahannya (Wahyu 14: 53). Dan Yesus Kristuslah Tuhan dari orang-orang yang mati dan yang hidup.
Dalam kita mengadakan peringatan kepada orang yang mati, kita mengingat pula akhir kita sendiri dan menguatkan pengharapan kita pada persekutuan orang-orang percaya, yang menetapkan hati kita di dalam pergumulan hidup ini (Wahyu 7: 9 – 17).
Dengan ajaran ini kita menolak dan melawan ajaran animisme yang mengatakan : roh-roh dari orang-orang mati masih dapat bergaul dengan manusia. Demikian pula ajaran yang mengatakan : roh dari yang mati tinggal di kuburnya. Juga kita tolak ajaran dari Gereja Katholik Roma yang mengajarkan tentang api ujian (vagevuur) yang harus dialami seberapa lama untuk membersihkan roh orang mati, sebelum tiba kepada hidup yang kekal dan orang dapat melakukan missa untuk orang mati dan mendoakan orang mati itu supaya lebih cepat terlepas dari api itu.
Demikian pula doa kepada roh dari orang-orang kudus dan yang mengharapkan bahwa kekuatan dan kekudusan orang itu dapat turun dari kuburan, pakaian, barang atau tulang-tulangnya (relikwi).
APA YANG HARUS KITA (GEREJA) LAKUKAN SEKARANG?
Banyak tradisi orang Batak yang diturunkan dari generasi sebelumnya ke generasi sekarang, salah satunya adalah Ziarah.
Awalnya Ziarah memang disadari sungguh banyak terjadi penyimpangan dari sudut iman Kristen. Oleh karena itu maka kita yang hidup dan percaya atas pemberitaan firman ke tanah Batak maka sudah sepantasnya hidup atas terang firman Tuhan.
Pemahaman yang benar akan makna tradisi2 Batak itulah yg harus kembali diajarkan dan disosialisasikan dgn baik kepada warga gereja agar dapat menjawab keyakinan dari segi budaya dan iman kristani.
Beberapa hal yang dapat dilakukan gereja adalah Pembinaan khusus seputar tradisi dan ke-adatan Batak dilihat dari perspektif firman Tuhan. Hal lainnya bisa dengan memasukkan informasi2 yg benar menyoal ini dlm khotbah2 minggu atau di acara kebaktian lainnya.
Diskusi ini diikuti oleh : Riantoo Doloksaribu, Jojor Nainggolan, Andika Sitorus, Ferdinand Ricardo Hutabarat, Berliana Tambunan, Junior Junjungan, Aron Merdeka Nababan, Nurmala E F Sibarani, Japintar Manik, Satria Dneprodzerzhinsk Purba, Marben Butarbutar, Aron Merdeka Nababan, Alexander Sinaga, Inta Susan Sirait-Vacilotto, Andika Sitorus, Pdt Hendri Julianto Siregar, dan Papa Jonathan Sigalingging (moderator).
No comments:
Post a Comment